Pevoli andalan Indonesia, Megawati Hangestri Pertiwi, baru-baru ini kembali ke Tanah Air setelah membela klub voli Korea Selatan, Red Sparks. Kepulangannya ini diiringi kabar yang kurang menyenangkan. Beredar isu bahwa Megawati pulang karena sang ibunda sakit.
Namun, atlet yang akrab disapa Megatron ini langsung membantah kabar tersebut. Ia mengaku sedih dengan beredarnya informasi yang tidak benar mengenai kondisi ibunya.
Megawati Bantah Kabar Ibunda Sakit
Melalui wawancara dengan detikJatim, Megawati menyatakan kesedihannya atas pemberitaan yang menyebutkan ibunya sakit. Ia menegaskan bahwa ibunya dalam keadaan sehat.
Megawati menekankan bahwa keputusannya meninggalkan Red Sparks murni karena alasan keluarga. Ia ingin lebih dekat dan menghabiskan waktu bersama keluarganya di Indonesia.
Alasan Pulang ke Indonesia: Prioritaskan Keluarga
Kedekatan dengan keluarga menjadi prioritas utama Megawati. Ia memilih untuk kembali ke Indonesia demi menjaga hubungan keluarga yang erat.
Bagi Megawati, prioritas utama saat ini adalah keluarga. Meskipun karier voli tetap penting, kebahagiaan keluarga lebih diutamakan.
Karier Voli Tetap Berlanjut, Tapi Keluarga di Atas Segalanya
Meskipun pulang ke Indonesia, Megawati tidak menutup kemungkinan untuk melanjutkan kariernya di luar negeri. Ia merasa tidak perlu stagnan di satu tempat.
Ia berencana untuk mencari peluang bermain voli di negara lain. Namun, ia akan selalu memprioritaskan kebersamaan dengan keluarga.
Megawati meyakini rezeki akan tetap datang, dan kebersamaan keluarga merupakan hal terpenting baginya. Doa dan dukungan dari ibunya selalu menjadi kekuatan baginya.
Keputusan Megawati Hangestri untuk memprioritaskan keluarga merupakan contoh bagaimana keseimbangan antara karier dan kehidupan pribadi dapat dicapai. Prioritasnya yang jelas menunjukkan komitmennya terhadap keluarga dan juga ambisi di dunia voli.
Kisah Megawati juga menginspirasi banyak orang untuk selalu menghargai dan menjaga hubungan dengan keluarga, sementara tetap mengejar impian dan cita-cita masing-masing. Ia membuktikan bahwa kesuksesan tidak selalu diukur dari pencapaian karier semata, tetapi juga dari kebahagiaan dan kepuasan hidup secara keseluruhan.