Kekalahan telak 0-4 dari Malaysia telah membuat Federasi Sepak Bola Vietnam (VFF) merenungkan strategi pengembangan tim nasionalnya. Ketua Umum VFF, Tran Quoc Tuan, menegaskan bahwa Vietnam tidak akan mengikuti jejak Indonesia dan Malaysia dalam melakukan naturalisasi pemain secara besar-besaran.
Meskipun tekanan untuk meningkatkan performa tim nasional sangat besar, VFF tetap berkomitmen pada pengembangan pemain muda lokal sebagai fondasi jangka panjang. Tran Quoc Tuan menekankan bahwa pendekatan ini lebih berkelanjutan daripada solusi instan berupa naturalisasi.
“Kami tidak memiliki sumber daya pemain berdarah campuran sebanyak Indonesia atau Malaysia. Jika tidak hati-hati, timnas memang bisa kuat sementara, tapi sistem sepak bola nasional akan melemah,” ujar Tran, seperti dikutip dari Vnexpress. Pernyataan ini menyoroti kekhawatiran VFF terhadap potensi melemahnya sistem sepak bola nasional jika terlalu bergantung pada pemain naturalisasi.
VFF menyadari pentingnya menjaga identitas nasional dan rasa bangga para pemain lokal. Mereka ingin pemain bermain untuk timnas dengan kebanggaan dan semangat juang yang tinggi, bukan hanya semata-mata karena kemampuan teknis. Inilah filosofi yang mendasari strategi pengembangan pemain muda VFF.
Naturalisasi, menurut Tran Quoc Tuan, tetap menjadi opsi, namun harus dilakukan secara selektif dan terukur. Proses naturalisasi harus seimbang, agar tidak mematikan motivasi dan kesempatan berkembang bagi pemain lokal berbakat. “Kami ingin pemain datang ke timnas dengan kebanggaan dan semangat. Tidak hanya pemain, klub dan daerah juga akan terpacu untuk terus membina talenta muda,” tambahnya.
Saat ini, Vietnam hanya memiliki beberapa pemain keturunan di tim nasional, seperti kiper Nguyen Filip (Ceko) dan bek kiri Quang Vinh Pendant (Prancis). Beberapa pemain keturunan lainnya yang pernah dipanggil ke tim usia muda belum menunjukkan performa yang cukup menonjol untuk menembus tim senior.
Tran Quoc Tuan mengingat kembali masa sulit yang dialami Vietnam pada tahun 2006-2007, ketika setengah skuad harus diganti karena kasus pengaturan skor. Namun, melalui konsistensi program latihan dan uji coba internasional, Vietnam berhasil lolos ke perempat final Piala Asia 2007 dan meraih gelar AFF Cup 2008. Ini menunjukkan bahwa kerja keras dan pengembangan berkelanjutan dapat menghasilkan prestasi gemilang.
Saat ini, VFF sedang gencar menjalin kerja sama internasional dengan berbagai federasi sepak bola ternama, termasuk Federasi Sepak Bola Jepang (JFA), Bundesliga Jerman, La Liga Spanyol, dan CFA (China Football Association). Kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembinaan pemain muda Vietnam.
Tim-tim usia muda Vietnam, mulai dari U15 hingga U22, dijadwalkan untuk menjalani latihan dan uji coba rutin di Eropa dan Asia Timur. Ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang VFF untuk meningkatkan kualitas dan pengalaman bertanding pemain muda.
Meskipun saat ini Vietnam mungkin belum mampu bersaing secara maksimal, VFF tetap optimistis dengan strategi pengembangan pemain muda yang dijalankan. Tran Quoc Tuan menekankan pentingnya kesabaran dan konsistensi. “Kami butuh kesabaran. Tapi hanya lewat uji coba melawan lawan-lawan kelas dunia, pemain muda bisa tumbuh cepat,” tegasnya.
Kesimpulannya, VFF memilih untuk fokus pada pembinaan pemain muda lokal sebagai strategi jangka panjang untuk meningkatkan kualitas sepak bola Vietnam. Meskipun menghadapi tantangan, VFF percaya bahwa pendekatan ini lebih berkelanjutan dan akan membuahkan hasil positif di masa depan. Kerja sama internasional dan uji coba rutin melawan tim-tim kuat juga menjadi bagian penting dari strategi ini.