Stigma TBC: Musuh Terbesar, Tantangan Pengobatan Berat Terungkap

Redaksi

Stigma TBC: Musuh Terbesar, Tantangan Pengobatan Berat Terungkap
Sumber: Pikiran-rakyat.com

Tuberkulosis (TBC), penyakit menular yang disebabkan bakteri *Mycobacterium tuberculosis*, masih menjadi masalah kesehatan global yang serius. Indonesia, berdasarkan data Global TB Report 2024 WHO, menempati posisi kedua negara dengan kasus TBC terbanyak di dunia, setelah India. Angka ini sangat mengkhawatirkan, mengingat jumlah kasus yang mencapai 1.090.000 dan angka kematian mencapai 125.000 jiwa pada tahun 2024. Situasi ini diperparah oleh stigma yang melekat pada penderita TBC.

Stigma tersebut menjadi penghalang utama keberhasilan program penanggulangan TBC di Indonesia. Banyak penderita enggan memeriksakan diri atau bahkan menghentikan pengobatan sebelum tuntas karena takut dikucilkan. Hal ini meningkatkan risiko penularan dan memperburuk kondisi kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Provinsi Jawa Barat, misalnya, mencatat 224.798 kasus TBC pada tahun 2024, dengan Kabupaten Bogor sebagai daerah dengan kasus tertinggi, yaitu 28.527 kasus.

Stigma TBC: Hambatan Utama Penanggulangan Penyakit

Prof. Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K), Ketua Koalisi Organisasi Profesi Indonesia untuk Penanggulangan Tuberkulosis, menegaskan bahwa stigma merupakan tantangan besar dalam upaya pemberantasan TBC. Stigma ini menyebabkan banyak orang enggan menjalani pemeriksaan dini dan pengobatan yang tepat.

Keengganan ini berdampak fatal. Penundaan pengobatan tidak hanya memperpanjang masa penderitaan individu, tetapi juga meningkatkan risiko penularan ke orang lain. Oleh karena itu, upaya untuk menghapus stigma menjadi kunci keberhasilan program penanggulangan TBC.

Strategi Menghapus Stigma dan Meningkatkan Akses Pengobatan

Kampanye edukasi publik yang intensif dan berkelanjutan sangat penting. Pesan yang disampaikan harus jelas: TBC bukanlah aib, TBC dapat disembuhkan, dan pengobatannya tersedia secara gratis.

Keterlibatan penyintas TBC dalam kampanye edukasi sangat efektif. Kisah kesembuhan mereka dapat memberikan harapan dan empati kepada masyarakat. Selain itu, pelatihan bagi tenaga kesehatan dan kader kesehatan untuk memberikan pendekatan humanis dan dukungan psikososial kepada penderita juga perlu ditingkatkan.

Pentingnya Dukungan Psikososial dan Kebijakan Perlindungan Sosial

Dukungan psikososial sangat krusial bagi kesembuhan penderita TBC. Perasaan takut dikucilkan atau kehilangan pekerjaan dapat menyebabkan pasien putus asa dan menghentikan pengobatan.

Pemerintah perlu menetapkan kebijakan perlindungan sosial yang komprehensif, termasuk jaminan cuti sakit dan perlindungan kerja bagi penderita TBC. Hal ini akan mendorong mereka untuk secara terbuka menjalani pengobatan tanpa khawatir akan dampak ekonomi.

Pendekatan Komunitas: Peran Keluarga dan Lingkungan

Peran keluarga dan lingkungan sekitar penderita sangat penting dalam upaya penanggulangan TBC. Dukungan moral dari keluarga dan lingkungan dapat mencegah pengucilan sosial dan memastikan pasien menyelesaikan pengobatan hingga tuntas.

Pendekatan komunitas ini harus diintegrasikan dalam program penanggulangan TBC. Keluarga dan masyarakat perlu dilibatkan dalam memberikan dukungan, edukasi, dan pengawasan pengobatan.

Langkah Menuju Indonesia Bebas TBC

Menghapus stigma TBC membutuhkan upaya multisektoral yang melibatkan pemerintah, tenaga kesehatan, masyarakat, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya.

Tidak cukup hanya dengan memberikan informasi, tetapi juga mengubah persepsi dan perilaku masyarakat terhadap penderita TBC. Dengan menciptakan lingkungan yang suportif dan bebas stigma, lebih banyak orang akan mau memeriksakan diri, menjalani pengobatan tepat waktu, dan akhirnya sembuh. Inilah kunci utama untuk mengakhiri epidemi TBC di Indonesia dan mewujudkan Indonesia yang bebas dari TBC. Upaya berkelanjutan dan komprehensif, yang mengintegrasikan edukasi, dukungan psikososial, dan kebijakan perlindungan sosial, sangat penting untuk mencapai tujuan ini.

Also Read

Tags

Leave a Comment